Solusi Hindari Kejenuhan Siswa
Proses belajar mengajar tidak terbatas pada ruang kelas; kegiatan ini juga dapat dilaksanakan di luar kelas. Kini, guru semakin dituntut untuk menerapkan metode pembelajaran yang inovatif dan bermakna bagi siswa sehingga mereka tidak mengalami kejenuhan dalam belajar. Salah satu solusi yang diusulkan oleh guru penggerak adalah dengan menerapkan pembelajaran yang menyenangkan di luar kelas. Materi ajar tetap bisa disampaikan dengan mengubah suasana kelas dan menggunakan metode belajar yang lebih menyenangkan.
Wijayanto, seorang guru penggerak dari SDIT Hidayah Ngawen, Klaten, Jawa Tengah, telah mengimplementasikan pembelajaran yang menyenangkan di luar kelas untuk siswanya. Inspirasi ini ia dapatkan dari materi yang diperolehnya selama mengikuti program Pendidikan Guru Penggerak. “Dalam pembelajaran, saya menerapkan apa yang saya pelajari dalam program Pendidikan Guru Penggerak, di mana pendidikan harus berpusat pada siswa,” katanya.
Menurut Wijayanto, materi yang paling berkesan baginya selama mengikuti program Pendidikan Guru Penggerak adalah tentang pembelajaran berdiferensiasi dan pemetaan aset sekolah. Dengan berbekal kedua materi tersebut, ia kini lebih siap dan percaya diri dalam menerapkan metode pembelajaran yang menyenangkan.
“Dengan pembelajaran berdiferensiasi, kita bisa mengoptimalkan potensi yang dimiliki setiap siswa. Kemudian, dengan memanfaatkan aset yang ada di sekolah, kita bisa mengembangkan pembelajaran yang lebih inovatif dan berdampak positif pada siswa,” ujar Wijayanto di SDIT Hidayah Ngawen, Klaten, Jawa Tengah, pada Rabu (13-7-2022).
Sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, Wijayanto mengajak siswanya mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan metode yang menyenangkan. Setelah materi diajarkan di dalam kelas, ia mengajak siswa belajar di luar kelas dengan membuat permainan yang mengaplikasikan materi yang telah diajarkan, seperti persamaan kata (sinonim) dan lawan kata (antonim).
Pembelajaran yang Menyenangkan di Luar Kelas – Solusi Hindari Kejenuhan Siswa
“Setelah siswa memahami pengertian dan contoh-contohnya, agar mereka lebih paham dan tidak jenuh, serta agar pembelajaran tidak hanya bersifat hafalan, kami mengemasnya dalam bentuk permainan,” tutur Wijayanto.
Ia mengajak siswa kelas 6 ke lapangan sekolah untuk melanjutkan pembelajaran. Di lapangan, Wijayanto sudah menyiapkan dua kelompok kartu, yaitu kelompok kartu berwarna kuning dan kelompok kartu berwarna merah. Pada setiap kartu kuning tertulis kata-kata yang bisa dipasangkan sebagai sinonim, sementara pada setiap kartu merah tertulis kata-kata yang bisa dipasangkan sebagai antonim.
Wijayanto kemudian membagi siswanya menjadi dua kelompok: kelompok kartu kuning dan kelompok kartu merah. Kedua kelompok tersebut berlomba untuk menyusun kata-kata sinonim dan antonim. Setelah permainan dilakukan secara berkelompok, siswa diminta memasangkan kartu secara mandiri untuk menguatkan pemahaman mereka dan melihat apakah ada siswa yang belum mengerti materinya.
“Jadi, pembelajaran dilakukan di luar kelas sambil bermain. Anak-anak berlari ke depan untuk mengambil satu kartu dan mengurutkan. Dengan demikian, kita bisa mengecek mana siswa yang sudah paham atau belum. Anak-anak akan lebih mudah paham dan merasa gembira, dibandingkan jika hanya menghafal. Jika pembelajaran dikemas dengan bermain, akan lebih berkesan,” ujar Wijayanto.
Metode Belajar Yang Banyak Siswa Sukai
Metode pembelajaran menyenangkan di luar kelas ini sangat disukai oleh siswa-siswanya, salah satunya adalah Faiq Abyan Hilmi. Menurut Faiq, pembelajaran tersebut lebih seru dan menyenangkan. “Lebih enjoy dan lebih seru. Tadi bermain membedakan kata antonim dan sinonim. Jadi kita lihat kartunya, terus mengurutkan kartu berdasarkan lawan kata dan persamaan kata,” tuturnya.
Pendapat serupa juga disampaikan oleh Luthfiana Janitra Mardiyana. Luthfiana mengatakan, pembelajaran dengan permainan di luar kelas lebih menyenangkan. “Pak Wijayanto tidak pernah marah, jadi saya mudah memahami materinya. Saya juga lebih suka belajar di luar kelas. Soalnya lebih menyenangkan di luar kelas daripada di dalam kelas,” tuturnya.
Sebagai guru penggerak, Wijayanto menempatkan siswa sebagai subjek belajar sehingga mereka bisa lebih aktif dalam pembelajaran. Ia menyatakan, sebagai seorang pendidik, guru hanya menuntun dan mengarahkan siswa agar mereka bisa mengembangkan potensinya. “Dalam program Pendidikan Guru Penggerak juga diharapkan agar pembelajaran di tingkat SD bisa lebih menyenangkan. Oleh karena itu, saya mengemas pembelajaran tidak hanya sebagai aktivitas belajar, tetapi juga sebagai kegiatan bermain. Saya yakin anak-anak akan lebih gembira dan lebih mudah memahami materi yang disampaikan,” katanya.
Penerapan pembelajaran yang menyenangkan di luar kelas bukan hanya sekedar mengubah tempat belajar, tetapi juga melibatkan pendekatan yang berbeda dalam mengajar. Dengan metode ini, siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, tidak hanya sebagai penerima informasi tetapi juga sebagai peserta aktif yang ikut serta dalam kegiatan pembelajaran.
Mengadakan pembelajaran di luar kelas juga membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial dan kerjasama. Siswa belajar untuk bekerja dalam tim, menghargai pendapat teman, dan mengembangkan kemampuan komunikasi mereka. Ini sangat penting dalam membentuk karakter siswa selain dari aspek kognitif.